A
Konsepsi Psikologi Islam
Integrasi
Islam dan Psikologi ternyata tidak semudah yang dibayangkan sebaba
secara tidak disadari integrasi itu memadukan dua kewenanganbidang
keilmuan.Kewenangan pertama pada label islam yang sarat akan
ilmu-ilmu keislaman sedang kewenangan kedua pada label psikologi yang
sarat akan cabang-cabang psikologian.Psikologi islam disini adalah
kajian tentang islam dilihat dari pendekatan psikologi.Oleh karena
itu jika kita ingin mengetahui hakekat manusia maka Al Qur’an
tetapi juga merefleksikan kejadian-kejadian di alam semesta.
- Integrasi Psikologi Islam dengan Psikologi Barat
Konsep
utama mengenai fitrah adalah mempercayai dan mengakui Allah sebagai
Tuhannya yang bersifat alamiah dan telah tertanam sejak zaman azali
namun adanya perpaduan antara ruh dengan tubuh dalam tuntutan
kehidupan dunianya membuat pengetahuan akan kedudukan Tuhan mengalami
kelemahan. Maka dalam diri manusia dilengkapi dengan
keresahan-keresahan dan godaan yang berlawanan arus dengan fitrah
manusia. Perilaku umat islam tidak sepatutnya dinilai dengan kacamata
teori psikologi barat yang sekuler karena keduanya memiliki frame
yang berbeda dalam melihat realita. Fenomena perilaku yang menimpa
umat islam akhir-akhir ini tidak mungkin dianalisis dengan
teori-teori psikologi barat hal ini dapat dilihat dari kejadian
senyumnya Amrozi saat difonis mati adalah sederetan perilaku yang
unik dan membutuhkan analisis khusus dari teori psikologi islam, bila
ditelaah dalam psikologi barat perilaku tersebut merupakan patologis
sementara dalam psikologi islam diyakini sebagai perilaku yang
mencerminkan aktualisasi diri. Uichol Kim seorang psikolog asal Korea
mengkritisi psikologi barat yang menyamaratakan pandangan psikologi
sebagai human universal dengan menawarkan menempatkan wahyu diatas
akal yangpsikologi pribumi. Menurutnya manusia tidak cukup dipahami
dengan teori psikologi barat karena psikologi barat hanya tepat untuk
mengkaji manusia barat sesuai dengan kultur sekularnya yang
melatarbelakangi lahirnya ilmu itu. Untuk memahami manusia di belahan
bumi lain harus digunakan pula basis kultur dimana manusia itu
hidup. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konsep psikologi islam
bertentangan dengan psikologi barat.
- Perdebatan Intern Mengenai Eksistensi Psikologi Islam
Pembahasan
seputar psikologi islam bisa dikatakan masih sebatas
lontaran-lontaran pemikiran. Menurut gagasan ini terasa belum sampai
pada tataran ilmiah yang diharapkan namun beberapa pendahuluan
karya-karya yang masih deskriptif ataupun try and error mulai
bermunculan.Sejak awal sudah diduga bahwa tantangan terhadap
pengembangan psikologi islam berasaldari kalangan ilmuan dan psikolog
muslim sendirii yang umumnya belum bersedia menempatkan wahyu diatas
akal dan menjadikan Al Qur’an sebagai tolok ukur kebenaran ilmiah
psikologi. Reaksi mereka cenderung keras dan over critic terhadap
perbedaan pandangan diantara kita sendiri,sikap yang kurang terbuka
terhadap perbedaan pendapat ini seakan-akan melupakan petunjuk
Rosulullah bahwa perbedaan pendapat diantara umat adalah rahmat.salah
satu sudut pandang mengenai psikologi islami sejak awal teramati
adalh pandangan dari kubu lebih senang menggunakan sebutan yang
menginginkan psikologi yang islami benar-benar dijabarkan langsung
dari konsep-konsep Al Qur’an mengenai manusia tanpa melibatkan
teori,prinsip,konsep,dan hasil-hasil temuan psikologi yang sudah
ada,keinginan sebagian pihak menghendaki dibangunnya suatu ‘’Grand
Theory’’yang murni dibangun dari ‘’istilah-aksioma-dalil’’
dari dua sumber utama Al Qur’an dan Hadits serta hasil pemikiran
tokoh islam. Disatu pihak mereka meyakini bahwa konsep yang paling
benar dan mantap mengenai manusia terkandung dalam Al Qur’an dan
Hadis tetapi lain pihak,kurangnya dialog intensif dan ‘’High
Level’’dalam tataran ilmiah,sersuatta dukungan dari berbagai
pihak yang masih berjalan sendiri-sendiri. Suatu pengetahuan
keagamaan mereka pada umumnya rata-rata saja.Adakah titik temu
diantara kedua kelompok rekan dialig tersebut? Dialog dan kerja sama
diantara kedua kelompok rekan dialog akan menimbulkan sinergi luar
biasa dalam pengembangan psikologi islam karena mustahil psikologi
islam berkembang tanpa dasar-dasar keilmuan psikologi yang
terintegrasi dengan konsep manusia menurut Al Qur’an,Al Hadis dan
agama.
B.
Konsep Psikologi Islami tentang ciri-ciri Manusia
Tugas
utama manusia di dunia ini, di samping sebagai abdullah
(hamba Allah), adalah sebagai khalifah di muka bumi (Qs. 2:30). Agar
manusia dapat menjalankan tugas kekhalifahannya dengan
sebaik-sebaiknya, maka manusia dilengkapi dengan potensi-potensi
(sejumlah ciri) yang memungkinkannya dapat memikul tugas tersebut.
Menurut Djamaluddin Ancok (2004 : 157-160) Ciri-ciri tersebut
meliputi : mempunyai raga yang sebagus-bagus bentuk, baik secara
fitrah, mempunyai ruh, mempunyai kebebasan berkehendak, dan mempunyai
akal. Ciri-cirinya adalah :
- Manusia mempunyai raga dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Dengan rupa dan bentuk yang sebaik-baiknya, manusia diharapkan menjadi bersyukur pada Allah. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”(QS. 95:4).
- Manusia itu baik dari segi fitrah sejak semula. Dia tidak mewarisi dosa asal karena Adam (dan Hawa) keluar dari surga. Salah satu ciri utama fitrah adalah manusia menerima Allah sebagai Tuhan. Dari asalnya manusia itu memiliki kecenderungan beragama, sebab beragama itu sebagian dari fitrahnya. Sebab-sebab yang menjadikan seseorang tidak percaya terhadap Tuhan bukanlah sifat dari asalnya, tetapi ada kaitannya dengan alam sekitarnya.
- Manusia mempunyai Ruh.al Quran secara tegas menyatakan bahwa kehidupan manusia tergantung pada wujud ruh dalam bandannya. Tentang bagaimana wujudnya, bagaimana bentuknya, dilarang untuk mempermasalhaknnya (QS. 17:85).
- Manusia memiliki kebebasan kemauan atau kebebasa berkehendak, yaitu kebebasan utnuk memilih tingkah lakunya sendiri, kebaikan atau keburukan.
- Manusia memiliki akal. Akal dalam pengertian Islam, bukan otak, melainkan daya berpikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Akal dalam islam merupakan ikatan dari tiga unsur, yaitu pikiran, perasaan dan kemauan. Akal adalah alat yang menjadikan manusia dapat melakukan pemillihan antara yang betul dan salah. Allah selalu memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya agar dapat memahami fenomena alam semesta ini.
- Manusia memiliki nafsu. Nafsu sering kali dikaitakan dengan gejolak atau dorongan yang terdapat dalam diri manusia.
Pada
dasarnya sifat asal manusia adalah baik dan manusia selalu ingin
kembali kepada Kebesaran Sejati (Allah).
0 komentar:
Posting Komentar